Sejak 2006, surat utang negara tak hanya bisa dibeli oleh negara lain, perusahaan-perusahaan atau konglomerat. Pada tahun itu, untuk pertama kalinya Indonesia menerbitkan obligasi ritel Indonesia, atau yang lebih populer disebut ORI.
Surat utang diterbitkan dan boleh dibeli investor-investor kecil. Mereka yang hanya memiliki uang Rp5 juta, sudah bisa berinvestasi dengan membeli ORI. Saat pertama kali diterbitkan, ORI mampu menghimpun dana Rp3,283 triliun.
Sampai saat ini, pemerintah telah menerbitkan ORI sebanyak 13 kali. Pada umumnya, ORI diterbitkan satu seri setiap tahun, namun pemerintah pernah menerbitkan ORI setahun dua kali yakni pada 2007 dan 2008.
Menurut data Kementerian Keuangan, keseluruhan dana yang dihimpun dari ORI sampai 2015 telah mencapai Rp144,125 triliun. Lebih dari 200 investor sudah berpartisipasi.
Untuk bisa membeli ORI, caranya tak sulit, cukup datang ke 18 bank dan enam perusahaan sekuritas yang menjadi agen penjual ORI. Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, Bank Mega adalah beberapa bank yang menjadi agen. Sedangkan enam sekuritas yang bekerja sama adalah Danareksa Sekuritas, Indo Premier Securities, Mega Capital Indonesia, MNC Securities, Sucorinvest Central Gani, dan Trimegah Sekuritas Indonesia.
Lalu apa untungnya membeli ORI?
Setiap surat utang tentu memberikan imbal hasil. Dalam surat utang, imbal hasil itu disebut kupon. Penerbit surat utang lah yang menentukan besaran kupon. Biasanya, kupon surat utang dipatok lebih tinggi dari bunga deposito. Sebab kalau sama saja, deposito tentu lebih dipilih, karena tenornya tidak terlalu panjang.
Begitu juga dengan ORI. Sejak saat pertama kali diterbitkan, kupon ORI selalu lebih tinggi dari bunga deposito. Dan oleh karena ia diterbitkan oleh pemerintah. Kecil sekali kemungkinan terjadi gagal bayar. Kalaupun hal itu sampai terjadi, biasanya ada aset pemerintah yang dijaminkan.
Besaran kupon ORI berbeda-beda tiap serinya. Ia disesuaikan dengan suku bunga acuan Bank Indonesia saat itu. Kupon tertinggi ORI pernah menyentuh 12,05%, ini terjadi pada 2006, ORI yang pertama. Sementara kupon terendah terjadi pada seri ORI009, yaitu hanya 6,25 persen.
Dari segi keamanan berinvestasi, ia tentu lebih aman dibandingkan membeli obligasi korporasi. Kalau perusahaan pailit, alih-alih untung, uang yang investasikan bisa jadi tak kembali.
Menurut Farah Dini Novita, seorang perencana keuangan, untuk investor pemula atau investor konservatif, tawaran berinvestasi pada ORI cukup menggiurkan. “Karena setiap bulan ada kupon yang dibayar seperti deposito plus jaminan uang kembali setelah jatuh tempo,” katanya.
Selain imbal hasil yang lebih tinggi, keuntungan lain membeli ORI adalah pajaknya yang lebih kecil dari deposito, yakni hanya 15 persen. Sedangkan pajak deposito dipatok 20 persen. Nilai uang yang dijamin di deposito pun lebih kecil, maksimal cuma Rp2 miliar.
Kalau kata Sri Mulyani, dengan membeli ORI, masyarakat secara tidak langsung berpartisipasi dalam pembangunan yang manfaatnya juga dirasakan oleh masyarakat itu sendiri.
Banyak yang menilai bahwa investasi surat utang negara tak memberikan imbal hasil yang maksimal sebab hanya memberikan kupon sedikit lebih tinggi dari deposito. Jika dibandingkan investasi saham, ia kalah jauh.
Anggapan ini berhasil ditepis oleh data kinerja antar aset yang disusun Bahana TCW Investment Management akhir tahun lalu. Dalam sepuluh tahun terakhir, surat utang negara—termasuk ORI di dalamnya—mencetak keuntungna 201,3 persen dengan rata-rata pertumbuhan 12 persen.
Angka itu mendekati kinerja indeks harga saham gabungan yang berada di angka 249,6 persen selama sepuluh tahun dan rata-rata 15 persen setiap tahun.
“Investasi surat utang negara ini harus dilirik, kalau kita lihat, kinerjanya mendekati kinerja saham,” ujar Direktur Bahana, Budi Hikmah. Keuntungan SUN selama sepuluh jauh melampaui bunga deposito selama sepuluh tahun yang hanya 59,2 persen atau rata-rata 4,6 persen per tahun.
Tetapi tentu saja, jangka waktu ORI biasanya hanya dua atau tiga tahun. Tenor ORI terlama yang pernah diterbitkan adalah lima tahun, yakni seri ORI005 yang terbit pada September 2008.
Selain persoalan keuntungan dan keamanan, keunggulan ORI ialah ia bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Jadi investor tak melulu harus menunggu jatuh tempo, seperti jika ia menempatkan dana di deposito.
Jadi, jika Anda ingin menginvestasikan uang minimal lima juta dan tak mau ada risiko seperti pada saham dan reksa dana, membeli ORI bisa jadi pilihannya.
Surat utang diterbitkan dan boleh dibeli investor-investor kecil. Mereka yang hanya memiliki uang Rp5 juta, sudah bisa berinvestasi dengan membeli ORI. Saat pertama kali diterbitkan, ORI mampu menghimpun dana Rp3,283 triliun.
Sampai saat ini, pemerintah telah menerbitkan ORI sebanyak 13 kali. Pada umumnya, ORI diterbitkan satu seri setiap tahun, namun pemerintah pernah menerbitkan ORI setahun dua kali yakni pada 2007 dan 2008.
Menurut data Kementerian Keuangan, keseluruhan dana yang dihimpun dari ORI sampai 2015 telah mencapai Rp144,125 triliun. Lebih dari 200 investor sudah berpartisipasi.
Untuk bisa membeli ORI, caranya tak sulit, cukup datang ke 18 bank dan enam perusahaan sekuritas yang menjadi agen penjual ORI. Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, Bank Mega adalah beberapa bank yang menjadi agen. Sedangkan enam sekuritas yang bekerja sama adalah Danareksa Sekuritas, Indo Premier Securities, Mega Capital Indonesia, MNC Securities, Sucorinvest Central Gani, dan Trimegah Sekuritas Indonesia.
Lalu apa untungnya membeli ORI?
Setiap surat utang tentu memberikan imbal hasil. Dalam surat utang, imbal hasil itu disebut kupon. Penerbit surat utang lah yang menentukan besaran kupon. Biasanya, kupon surat utang dipatok lebih tinggi dari bunga deposito. Sebab kalau sama saja, deposito tentu lebih dipilih, karena tenornya tidak terlalu panjang.
Begitu juga dengan ORI. Sejak saat pertama kali diterbitkan, kupon ORI selalu lebih tinggi dari bunga deposito. Dan oleh karena ia diterbitkan oleh pemerintah. Kecil sekali kemungkinan terjadi gagal bayar. Kalaupun hal itu sampai terjadi, biasanya ada aset pemerintah yang dijaminkan.
Besaran kupon ORI berbeda-beda tiap serinya. Ia disesuaikan dengan suku bunga acuan Bank Indonesia saat itu. Kupon tertinggi ORI pernah menyentuh 12,05%, ini terjadi pada 2006, ORI yang pertama. Sementara kupon terendah terjadi pada seri ORI009, yaitu hanya 6,25 persen.
Dari segi keamanan berinvestasi, ia tentu lebih aman dibandingkan membeli obligasi korporasi. Kalau perusahaan pailit, alih-alih untung, uang yang investasikan bisa jadi tak kembali.
Menurut Farah Dini Novita, seorang perencana keuangan, untuk investor pemula atau investor konservatif, tawaran berinvestasi pada ORI cukup menggiurkan. “Karena setiap bulan ada kupon yang dibayar seperti deposito plus jaminan uang kembali setelah jatuh tempo,” katanya.
Selain imbal hasil yang lebih tinggi, keuntungan lain membeli ORI adalah pajaknya yang lebih kecil dari deposito, yakni hanya 15 persen. Sedangkan pajak deposito dipatok 20 persen. Nilai uang yang dijamin di deposito pun lebih kecil, maksimal cuma Rp2 miliar.
Kalau kata Sri Mulyani, dengan membeli ORI, masyarakat secara tidak langsung berpartisipasi dalam pembangunan yang manfaatnya juga dirasakan oleh masyarakat itu sendiri.
Banyak yang menilai bahwa investasi surat utang negara tak memberikan imbal hasil yang maksimal sebab hanya memberikan kupon sedikit lebih tinggi dari deposito. Jika dibandingkan investasi saham, ia kalah jauh.
Anggapan ini berhasil ditepis oleh data kinerja antar aset yang disusun Bahana TCW Investment Management akhir tahun lalu. Dalam sepuluh tahun terakhir, surat utang negara—termasuk ORI di dalamnya—mencetak keuntungna 201,3 persen dengan rata-rata pertumbuhan 12 persen.
Angka itu mendekati kinerja indeks harga saham gabungan yang berada di angka 249,6 persen selama sepuluh tahun dan rata-rata 15 persen setiap tahun.
“Investasi surat utang negara ini harus dilirik, kalau kita lihat, kinerjanya mendekati kinerja saham,” ujar Direktur Bahana, Budi Hikmah. Keuntungan SUN selama sepuluh jauh melampaui bunga deposito selama sepuluh tahun yang hanya 59,2 persen atau rata-rata 4,6 persen per tahun.
Tetapi tentu saja, jangka waktu ORI biasanya hanya dua atau tiga tahun. Tenor ORI terlama yang pernah diterbitkan adalah lima tahun, yakni seri ORI005 yang terbit pada September 2008.
Selain persoalan keuntungan dan keamanan, keunggulan ORI ialah ia bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Jadi investor tak melulu harus menunggu jatuh tempo, seperti jika ia menempatkan dana di deposito.
Jadi, jika Anda ingin menginvestasikan uang minimal lima juta dan tak mau ada risiko seperti pada saham dan reksa dana, membeli ORI bisa jadi pilihannya.
(tirto.id - Bisnis)
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti
https://tirto.id/membeli-surat-utang-negara-apa-untungnya-ch2y
No comments:
Post a Comment